Selasa, 22 November 2011

Cara Belajar Membaca Kitab Kuning

"Siapa yang ingin mengunduh mutiara, mesti harus menyelam. Untuk bisa membaca kitab gundul/kuning dengan cepat mestilah dengan usaha yang maksimal pula. Memang susah-susah mudah. Mengapa ana katakan susah-susah mudah? Sebab semuanya kembali pada: Kehendak-Nya yang memudahkan kita untuk cepat paham atau kehendak-Nya yang membuat kita sulit paham. kemudian metode atau cara kita mempelajarinya. Para thalibul ilmi (penuntut ilmu) yang duduk dibangku pendidikan formal saja banyak yang kesulitan , apalagi yang diluar itu (walau tidak semua bahkan ada yang lebih Allah mudahkan). Memang bahasa Arab itu sangat komplek dan lengkap gramatikalnya apalagi jika kita mempelajarinya loncat-loncat tidak sistematis. Karena kesempurnaannya maka Allah menjadikan bahasa ini sebagai bahasa pengantar Al-Qur’an dan di dalamnya Allah telah memudahkan bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya. Allah berfirman: وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ “Dan sesungguhnya, sungguh telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”(Al-Qamar: 17) Aslinya, bahasa Arab itu sulit tapi Allah mudahkan, Allah telah mudahkan bagi kita dan Allah mudahkan bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Bandingkan dengan bahasa Inggris, apalagi Jepang dan Mandarin yang lebih sulit dan tidak ada jaminan dari Allah untuk memudahkannya tapi ramai peminatnya. Perhatikan lebih baik lagi firman Rabb kita tersebut, ada dua penguat dalam menyampaikan mukjizat ini: La taukid dalam laqad, artinya sungguh/sesungguhnya. Qad, qad jika bertemu dengan fi’il madhi (past tense) maka artinya; sungguh. Maka Allah meyakinkan kita sebagai hamba-Nya bahwa Pencipta kita telah memudahkan Al-Qur’an untuk dipelajari dengan dua penguat; “Dan sesungguhnya, sungguh telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran”. Tips-tips ini semoga bermanfaat bagi antum yang belajar lewat jalur non formal seperti ana, tapi insya Allah juga bermanfaat bagi antum yang duduk di jalur formal.
1) Selalu luruskan niat. Ini yang paling penting dan terpenting, sebab jika pondasinya tidak kokoh maka dikawatirkan akan merusak dunia dan agama sebagaimana sabda Nabi saw: “Tidaklah dua ekor serigala kelaparan di giring kepada satu domba lebih merusak daripada kerakusan seseorang pada agama untuk tujuan kemuliaan dirinya (dimata manusia)”. (Tirmidzi) jadi, belajar hanya untuk mencari ridha Allah.
2) Cita-cita dan tekad baja. Kemauan seseorang ada beberapa tingkatan, yaitu:
* Khathir: yaitu kilasan kemauan, belum ada cita-cita yang kuat
* Taradud: yaitu kemauan yang penuh keragu-raguaan antara ya atau tidak
* Ham: yaitu cita-cita yang kuat tapi indikasinya belum terlihat jelas
* Azzam: yaitu cita-cita disertai tekad baja yang indikasinya bisa terlihat pada tindakan Harus memiliki Ham dulu, mantapkan dalam hati dengan doa yang kuat, semoga Allah karuniakan fadhilah ini kepada kita dan mudahkan. Kemudian jadikan ham tersebut menjadi azzam. Beli buku-buku, kursus, kuliah atau ke pesantren merupakan indikasi dari azzamnya. Jika belajarnya hanya dengan khathir atau taradud saja, ya… tidak akan bisa, mimpi kaleee :) .
3) Istiqamah Ketidak istiqamahan biasanya dari beberapa sebab; Dari diri sendiri, karena malas, putus semangat, salah niat dsb Dari metode atau muallimnya. Jika memang dari hal ini maka sebaiknya komunikasikan dengan muallim
4) Baca sebanyak-banyaknya referensi Semakin banyak buku panduannya insya Allah akan mudahkan kita untuk memahami materi, sebab adakalanya pembahasan di buku lain lebih mudah dicerna dan saling melengkapi.
5) Pahami dahulu baru hafalkan
6) Banyak-banyak praktek Praktek ini sangat menentukan sekali sebab kita akan dipaksa untuk mengulang pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari walaupun praktek ini memerlukan kesabaran, keuletan dan ketekunan tinggi. Sebab bisa jadi untuk membaca 1 baris saja memerlukan waktu 1 jam apalagi jika kosa katanya harus cari satu persatu dalam kamus. Praktek ini ada tiga cara: Praktek sendiri tanpa bimbingan Praktek dengan pendampingan orang yang lebih ahli Ikut kajian kitab Antum wajib memiliki kamus sebagai pendamping, lulusan Madinahpun masih butuh kamus. Kamus Mahmud Yunus (warna hijau) sudah cukup sebagai sarana pendukung, harganya tidak sampai Rp 50.000. Jika antum memiliki dana lebih, kamus Al-Munawir lebih baik. Selama ini, untuk membaca kitab (mulai dari tahun 99-2010) ana hanya menggunakan Kamus Mahmud Yunus (bahkan punya dua buah karena yang satu sudah kulu-kulu) dan alhamdulillah mencukupi. Ada kamus lain yang sangat efektif dan baru ana coba pada 24 sep 10 kemarin, yaitu menggunakan google translate arab – indonesia, tentu membutuhkan akses internet. Google translate bahkan dapat menerjemahkan kalimat bukan hanya perkata. Memang sih, kadang penerjemahannya agak membingungkan tapi sangat membantu untuk membaca kitab. Kelemahannya adalah, kita tidak dapat menemukan arti yang berdekatan dan perubahan fi’ilnya, maka kembali ke kamus.
7) Kesadaran bukan semangat Belajar atau bekerja hanya berlandaskan semangat belaka akan luntur tatkala kesemangatan luluh. Jadi belajar dengan kesadaran, kesadaran akan pentingnya serta hukum wajibnya mempelajari bahasa Arab. Perlu digaris bawah, alhammu muhimmah; semangat itu penting, kesadaran itu wajib!
8) Ajarkan pada orang lain Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu kita akan bertambah justru seringkali kita paham akan suatu bab tatkala hendak mengajarkan pada orang lain.
9) Berdoa sungguh-sungguh Fa izda azamta fatawakal alallah Bila antum telah dikarunia kemampuan membaca kitab kuning, jangan takabur tapi bersyukur. Bacalah doa: Rabbi auzi’ni an asykura ni’mataka a’laiya… (Rabbku, jadikanlah aku mencintai untuk selalu bisa bersyukur atas nikmat Engkau limpahkan kepadaku… dst)
Demikian semoga bermanfaat.

1 komentar:

  1. membaca kitab salaf perlu
    memahami, tidak cuma mengetahui, semua yang berkaitan dengan ilmu alat, termasuk sastra.
    memahami keilmuan dari kitab yang akan dibaca. agar tidak ada kesalahpahaman.
    berguru langsung dengan kyai dengan mengharap berkah dan ridlo Allah.

    BalasHapus